By -

SEMNAS MEDIASI 2019

SEMNAS MEDIASI: MEMEDIASI PAKAR KOMUNIKASI DAN KREATOR MEDIA

Panelis utama dari kanan Erlan Primansyah, Prof Rahma, dan Dr. REI saat Semnas MEDIASI

 

Depok, Seminar Nasional Media dan Komunikasi (MEDIASI) 2019 sukses diadakan kemarin (21/11/2019). Acara yang diinisiasi Jurusan Penerbitan Polimedia ini menghadirkan tiga narasumber utama. Ada Dr. Rahmat Edi Irawan (Direktur NET TV), Prof. Dr. Rachma Ida, M.Comms, Ph.D. (Guru Besar Bidang Media dari Unair), dan Erlan Primansyah (Komite Buku Nasional). Dalam paparannya, REI sapaan akrab Rahmat Edi Irawan mengatakan bahwa saat ini media massa sudah bersifat dua arah, di mana khalayak bukan lagi menjadi sasaran informasi atau hiburan dari media massa, tetapi mereka juga dapat masuk dalam konten program. Dalam teori komunikasi, itulah yang disebut konsep Citizen Journalism. “Hal itulah yang menjadikan budaya menonton melalui teresterial akan segera tergantikan dengan budaya menonton televisi melalui digital, baik streaming maupun media sosial,” ujar Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi ini.

Pada sesi kedua, Prof. Rachma mengungkapkan pentingnya link and match antara pendidikan tinggi dengan industri berbasis media dan komunikasi. Berdasarkan paparan yang disampaikan, terdapat 18,1 juta pekerja ekonomi kreatif. Satu dari lima pekerja ekonomi kreatif merupakan anak muda usia 20—24 tahun. Terdapat 8.203.826 bisnis ekonomi kreatif pada 2016. Pertumbuhan ekonomi kreatif pada subsektor berbasis media dan komunikasi di antaranya adalah TV dan Radio (10,33%), Film, Animasi, dan Video (10,09%), Seni Pertunjukan (9,54%), Komunikasi Visual (8,98%). “Karena itu, pendidikan kreatif perlu didukung, misalnya dengan penerapan kurikulum yang fleksibel, yang dapat mengakomodasi kebutuhan industri kreatif, lingkungan masyarakat atau komunitas kreatif agar dapat menjadi wahana praktik kerja bagi mahasiswa bertalenta, apalagi 2030—2040 kita nanti mendapatkan bonus demografi,” paparnya.

Pada sesi ketiga, Erlan Primansyah menunjukkan tren media dan konten dulu, kini, dan nanti. Menurutnya, dulu media berupa TV, Print, Radio, OOH. Kini berupa TV, Print, Radio, OOH, Website, Sosial Media, Video Platform, OTT, Games, eSport, Augmented Reality, Virtual Reality. Nanti, selain itu semua mungkin saja juga berupa hologram atau rekayasa teknologi lainnya. Sementara itu, konten media saat ini berupa teks, audio, video, animasi 2D, 3D reality. Pada masa depan, konten media berupa 4D reality dan 5D reality. Hal itu dapat terjadi karena kecepatan internet, inovasi teknologi, kecepatan informasi, perkembangan hardware, kemajuan software, penggunaan media online, penyebaran media sosial, peningkatan kemampuan SDM, pemerataan pendidikan, perubahan cara belajar ke ranah online, dan penggunaan big data.

Acara yang dihelat di Hotel Bumi Wiyata ini diikuti 100 peserta dari berbagai kota di Indonesia, di antaranya Jakarta, Tangerang, Medan, Banda Aceh, Surabaya, dan Palu. Direktur Polimedia, Dr. Purnomo Ananto, M.M. menyambut baik kegiatan ini. Selain sebagai wahana para dosen mendiseminasikan hasil penelitian dan pengabdian masyarakatnya, acara ini diharapkan dapat menjadi pertemuan para akademisi di bidang komunikasi dan para pegiat media dalam berbagi pengalamannya dalam merekacipta produk-produk kreatifnya. Dalam sambutan di awal seminar, Suratni, Ketua Jurusan Penerbitan juga menegaskan bahwa seminar ini akan diadakan setiap tahun dengan tujuan memediasi ilmu komunikasi murni dan ilmu media terapan agar dapat berkembang seiring sejalan dalam ranah industri kreatif. Nurul Akmalia, selaku Ketua Pelaksana menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi aktif para peserta yang sebenarnya tidak hanya dari dalam negeri tetapi ada juga yang dari luar negeri seperti mahasiswa Master of Media Publishing di Oxford Brookes University, United Kingdom yang turut mengirimkan abstrak makalahnya.

(Bayu)

 

Upload by admin